Ragam kuliner di Indonesia adalah warisan dari leluhur, salah satunya yang masih eksis sampai sekarang yakni wingko babat. Makanan ini merupakan kudapan yang sering dijadikan oleh-oleh khas Semarang. Tapi, tahukah kamu? Sebelum dikenal sebagai makanan khas Kota Semarang, ternyata munculnya wingko pertama kali bukan dari Kota Atlas lho. Melainkan berasal dari Lamongan. Lamongan adalah salah satu kota yang berada di daerah Jawa Timur yang memiliki banyak nilai budaya dan historis.
Makanan bercita rasa gurih dan manis ini memiliki tekstur yang agak garing namun kenyal. Wingko Babat terbuat dari tepung ketan putih dan kelapa parut. Meski kini terkenal sebagai kudapan khas warga Semarang. Faktanya, wingko babat punya sejarah panjang yang belum diketahui banyak orang.
Keberadaan wingko babat mulanya muncul dari Kecamatan Babat, Kota Lamongan, Jawa Timur. Di tempat inilah makanan tersebut muncul sejak tahun 1898. Jajanan yang terbuat dari tepung ketan dan parutan kelapa ini diciptakan oleh Loe Soe Siang dan istrinya Djoa Kiet Nio, seorang perantau dari Tiongkok yang menetap di Kecamatan Babat, Lamongan.
Mereka berdualah yang pertama kali membuat makanan simpel dari resep yang sederhana namun mengenyangkan ini. Makanan tersebut kemudian disebut dengan nama “Wingko Babat”.
Penamaan wingko babat memiliki arti kue wingko yang berasal dari Babat, wingko babat telah dijadikan kudapan khas dari Kecamatan Babat jauh sebelum wingko babat populer di Semarang.
Dalam catatan sejarah, keberadaan wingko babat baru meroket di masyarakat Semarang pada tahun 1944. Pencetus wingko babat di Kota Atlas tersebut bernama Loe Lan Hwa. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio. Saat itu, Loe memutuskan berpindah ke Semarang pada tahun 1944 mengikuti sang suami yakni The Ek Tjong (D Mulyono).
Dua tahun kemudian, tepatnya setelah kemerdekaan, Loe Lan Hwa mulai aktif memproduksi wingko babat dengan resep khusus milik keluarganya. Tak disangka, hasil olahannya ternyata laku keras dan diminati banyak konsumen. Cita rasa yang enak dan khas mendorong banyak orang untuk mencobanya.
Sejak adanya wingko babat yang beredar tahun 1946 tersebut, kemudian banyak pengusaha lain ikut mengambil kesempatan sebagai penjual jajanan wingko. Sehingga, beredarlah wingko babat lainnya yang ikut meramaikan dunia perkulineran di Semarang saat itu.Saking banyaknya penjual wingko babat yang meluas, hal tersebut menimbulkan kemunculan wingko-wingko lain dengan merek yang mengklaim sebagai wingko asli.
Karena semakin fenomenal dan keberadaannya semakin banyak. Persaingan pun semakin meluas. Agar memperjelas ke-otentikannya, Loe Lan Hwa kemudian mencantumkan nama suaminya “D Mulyono” pada produknya. Hal itu sebagai tanda khusus kepada konsumen, agar tidak bingung dan bisa membedakan mana wingko babat produksinya dan mana yang bukan produksinya.
Setelah populer, wingko babat mulai berkembang sesuai dengan selera masyarakat. Hal ini ditandai dengan berdirinya produsen-produsen wingko babat yang tersebar di Kota Semarang. Keberadaan wingko babat semakin hari semakin dicari, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Awalnya, wingko babat hanya mempunyai rasa original saja. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, kini menyesuaikan kebutuhan dan selera konsumen. Sehingga berkembang varian rasa yang lebih beragam. Seperti rasa original, keju, pisang, durian, coklat dan lain sebagainya.
Karakter rasa khas yang tercermin dari wingko babat adalah bercita rasa manis, dengan bumbu yang minimalis.
Selain lezat, makan yang terbuat dari ketan dan kelapa parut ini bisa membantu menjaga kesehatan. Wingko babat mengandung karbohidrat yang berasal dari tepung ketan dan membantu metabolisme yang di dapat dari kelapa.
Meski kudapan ini kental dengan sentuhan akulturasi budaya. Namun keberadaannya telah menjadi ikon kuliner yang lahir dari perpaduan tradisi Tionghoa dan Jawa.
Kini, wingko babat bahkan berevolusi bentuk agar semakin menarik daya tarik pembeli. Tak hanya bulat saja, banyak penjual yang mengkreasikannya dengan cara dan bentuk yang unik agar terlihat autentik.
Meski bahan dasarnya hanya berupa ketan dan kelapa saja, tapi dijamin rasanya begitu menggugah selera.
Wingko babat sebagai salah satu warisan budaya tak benda, menjadi ciri khas kuliner Semarang. Melalui historisnya yang panjang, telah dikenal sebagai kudapan yang ikonik. Buktinya, meski usianya sudah menginjak puluhan tahun, tetapi masih jadi primadona dan dikenal semua kalangan baik tua maupun muda.
Bagi kalian yang mengunjungi Semarang, wingko babat jadi buah tangan yang tak boleh dilupakan. Kelezatannya yang sederhana, namun kaya akan rasa.