Penulis : Eka Lestari
Tahu gimbal merupakan salah satu makanan khas Kota Semarang yang keberadaanya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Hidangan ini berpadu pada rasa pedas, gurih, serta manis ke dalam satu suapan ketika dimakan.
Tahu gimbal adalah makanan sederhana yang terdiri dari tahu pong yang digoreng, lalu ditambahkan dengan udang, telur, lontong, dan juga sayuran sebagai pelengkapnya, kemudian disiram menggunakan bumbu kacang yang dicampur dengan petis.
Tahu gimbal sebagai hidangan khas Semarang begitu menggugah selera, terlihat dari visualnya. Satu piring tahu gimbal mengajak pelanggan merasakan nikmatnya olahan sederhana khas Semarang yang menghadirkan keberagaman rasa di dalamnya.
Tahu gimbal menggunakan tahu kopong yang dalam bahasa Jawa berarti kosong atau tidak berisi. Nama “gimbal” sendiri, berasal dari udang yang digoreng dengan adonan tepung hingga renyah.
Di balik kelezatan tahu gimbal, ternyata ada kisah unik yang menyertainya. Mulai dari asal usul hingga perkembangannya. Dari yang dulunya hanya makanan kaki lima, hingga menjadi primadona.
Konon, makanan khas Semarang ini pertama kali diciptakan oleh penjual kaki lima yaitu Ibu Bu Nginten pada abad ke-19. Semarang yang pada saat itu dijadikan sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan sentral yang menghubungkan ekonomi antar negara, berhasil membuat Ibu Bu Nginten mengambil kesempatan dengan cara mengolah makanan unik.
Ibu Bu Nginten dengan segala idenya menggabungkan berbagai bahan makanan yang tersedia, seperti tahu goreng, bakwan udang, irisan kol, dan bumbu kacang menjadi sebuah hidangan yang enak, sehat, dan mengenyangkan.
Kepopuleran tahu gimbal semakin meningkat sejak tahun 1950-an. Tahu gimbal mulai dijajakan oleh pedagang kaki lima, hingga mengalami perkembangan. Dulu, tahu gimbal hanya menggunakan tahu kosong saja, tetapi kini dikreasikan dengan tahu padat.
Tak sekedar makanan, tahu gimbal punya makna yang menarik dan mencerminkan ciri khas hidangan ini. Di mana kata “Tahu” merujuk pada bahan utamanya, berupa tahu yang lembut dan digoreng.Sementara kata “Gimbal” berasal dari bahasa Jawa “gimbel” yang memiliki arti “menggumpal”. Hal itu mengacu pada bentuk bakwan udang yang berukuran besar dan mengembang, seakan-akan terlihat seperti rambut gimbal.
Tahu gimbal sebagai warisan kuliner, telah menyimpan jejak sejarah yang panjang, dan menggambarkan salah satu kekayaan kuliner yang ada di Kota Semarang.
Menariknya, tahu gimbal mengandung filosofi yang mendalam, di mana hidangan tersebut diartikan sebagai lambang persatuan atau kebersamaan. Hal itu, terlihat dari perpaduan bahan makanan yang beraneka ragam dalam sajian unik, sehingga menciptakan satu hidangan yang harmonis.
Tahu gimbal sangat mudah ditemukan di Kota Semarang, mulai dari pedagang jalanan, warung, hingga restoran. Tentunya, menikmati seporsi tahu gimbal dijamin membuat siapa saja ketagihan.