Penulis : Eka Lestari
Ereveld Kalibanteng adalah suatu pemakaman yang dibangun untuk mengenang para korban yang gugur dalam sejarah, tempat ini menjadi simbol penghormatan bagi mereka yang meninggal ketika masa Perang Dunia II dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Para korban tersebut mayoritas adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, dan warga negara Belanda yang masih tinggal di Indonesia. Mereka tewas selama masa pendudukan Jepang dan revolusi Indonesia tahun 1945- 1949. Ereveld Kalibanteng berada di Jalan Siliwangi, Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Terletak di antara Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Siliwangi. Pemakaman ini tak sekedar pemakanan biasa. Karena, tempat tersebut merupakan saksi bisu di mana masa peralihan kependudukan Belanda dan juga Jepang di Indonesia khususnya di Semarang.
Ereveld Kalibanteng pertama kali didirikan pada 22 April tahun 1949 dan terlaksana antara tahun 1946, hingga tahun 1950 oleh Oorlogsgravenstichting (OGS), yayasan makam perang Belanda.
Dari segi arsitektur, Ereveld Kalibanteng dibangun dengan bentuk segitiga sama sisi, dan dikelilingi oleh kanal serta pepohonan, dengan tujuh waringin (pohon beringin) di depan serta satu di titik puncak. Luas area makam ini sekitar 6 hektar dan telah menguburkan lebih dari 3.000 jenazah.
Pemakaman ini juga sebagian memiliki area terpisah, dengan tujuan menyesuaikan ajaran agama masing-masing. Seperti Islam, Kristen, Katolik, dan Yahudi. Hal tersebut bisa dilihat dari simbol pada nisan tiap makam.
Ada pula patung monumental yang dibangun di area pemakaman ini sebagai tanda penghormatan, di antaranya:
1. Monumen Perempuan
Monumen ini menggambarkan dua perempuan yang memegang seorang anak. Dimana monumen tersebut menyimbolkan bahwa sebuah kekuatan dan perlindungan, selama masa penahanan ketika perang.
2. Monumen Anak (Jongenskampen)
Monumen ini menggambarkan seorang anak dengan postur tubuh yang sangat kurus, dengan alat pertanian sebagai simbol penderitaan anak-anak yang dijadikan sebagai pekerja paksa ketika pendudukan jepang saat itu.
3. Monumen Kehormatan
Prasasti dalam bahasa Belanda: “Ter Eerbiedige nagedachtenis aan de vele ongenoemden die hun leven offeden en niet rusten op de erevelden” - mengingat mereka yang telah berkorban namun tidak dimakamkan dalam taman kehormatan.
Saat ini, Ereveld Kalibanteng dinyatakan terbuka untuk umum, bagi pengunjung yang datang tidak pula dipungut biaya alias gratis. Meski begitu, ada aturan yang harus ditaati selama berkunjung ke makan ini, yaitu pengunjung diharap tertib dan tidak berisik, serta wajib menjaga suasana penuh hormat.
Ada pula sejumlah aturan yang wajib dipatuhi oleh pengunjung ketika datang ke pemakaman ini di antaranya:
1. dilarang memfoto nisan atau memotret nama yang terdapat pada batu nisan.
2. dilarang makan di area pemakaman.
Jam operasional Ereveld Kalibanteng dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Pengunjung juga akan ditemani oleh pemandu untuk kategori komunitas, organisasi, lembaga pendidikan, dan lainnya sebagainya.
Kini, Ereveld Kalibanteng telah menjadi destinasi wisata sejarah. Tempat ini mengajak pengunjung untuk mengingat dan merenungkan dampak tragis perang yang terjadi, tak hanya melibatkan militer saja, tetapi juga melibatkan banyak pihak termasuk warga sipil. Khususnya perempuan dan anak-anak yang ikut menjadi korban kesengsaraan, hingga terbunuh dalam masa peperangan.
Jika anda tertarik untuk melakukan kunjungan ke Ereveld Kalibanteng, Kota Semarang anda dapat mengunjungi laman resmi milik OGS Indonesia yakni, https://ogsindonesia.nl/id/ereveld-kalibanteng/ untuk informasi detailnya.