Penulis : Eka Lestari
Semarang memiliki warisan budaya berupa batik yang punya kekhasannya tersendiri, mulai dari sejarah hingga motifnya. Batik khas Semarang telah lama tumbuh dan berkembang sejak tahun 1919-1925.
Di kota Semarang, ada kampung batik yang menjadi salah satu bukti kemajuan dan lestarinya batik khas Semarang yakni kampung batik di Kawasan Bubakan atau Jurnatan di Kota Atlas sejak wilayah itu menjadi sebuah kota.
Di kampung tersebut, ada banyak pengrajin batik Semarang. Lokasi Kampung Batik sendiri terletak di Rejomulyo, Semarang Timur, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan itu dikenal sebagai daerah yang diisi oleh pengrajin yang telah sukses mengembangkan keterampilan membatiknya.
Menurut catatan sejarah, batik khas Semarang sudah ada sejak era kolonial. Sudah berkembang sejak abad ke -18 dan menjadi unggulan di masa kolonial Belanda, hingga pernah mencapai kejayaan sebelum kemudian dihancurkan oleh pihak Jepang pada waktu itu (Dalam catatan sejarah di Buku Sejarah Pertempuran 5 Hari).
Batik Semarang pernah mengalami masa kelam, akibat penjajah Jepang melarang semua kegiatan produksi batik kala itu. Hingga akhir tahun 1970-an, setelahnya Batik Semarang berhasil bangkit lagi. Hal tersebut dimulai dengan munculnya kembali para pengrajin batik dan perusahaan batik seperti Batikkerij Tan Kong Tien yang dimiliki Tan Kong Tien dan istrinya, Raden Ayu Dinartiningsih.
Akhirnya, Batik Semarang bisa dihidupkan melalui upaya pengrajin dan seniman hingga bangkit dan berkembang lagi sampai sekarang. Tak sampai disitu saja, demi melestarikan warisan budaya. Tepatnya pada tahun 2005-2006 Pemerintah meluncurkan program Kampung Tematik untuk menghidupkan industri batik di Kota Semarang.
Batik Semarang sangat berbeda dengan batik di kota lain yang biasa kita lihat seperti Pekalongan, Yogyakarta, maupun Cirebon. Hal ini karena pola Batik Semarang sangat unik. Batik Semarang dikenal memiliki motif yang terinspirasi dari bangunan ikonik kota. Mulai dari motif Burung Blekok, Lawang Sewu, Semar Asem, Parang Tugu Muda, dan lainnya.
Selain itu, Batik Semarang juga muncul dengan warna lebih cerah dan motif yang menampilkan akulturasi budaya Tionghoa seperti naga, dan bunga teratai. Penggunaan warna-warna cerah seperti merah, oranye, kuning, biru, dan emas tersebut, diyakini punya makna melambangkan semangat dan keberuntungan. Sementara pada motif-motif seperti Dewi Shi Wang Mu dan budaya pesisir, tercermin dalam motif ikan.
Sebelum Batik Semarang identik dengan motif bangunan ikonik Kota, dulunya Batik Semarangan sebenarnya sudah memiliki beberapa motif yang cukup populer. Diketahui, pada masa itu ada dua fase batik Semarangan. Pertama, di tahun 1800, motifnya terkait flora dan fauna, yang dipengaruhi budaya Eropa. Fase kedua tahun 1950-1980, motifnya dipengaruhi budaya China, seperti burung hong dan burung merak.
Batik Semarang merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain karena estetikanya, Batik Semarang juga punya nilai filosofis, historis, dan juga nilai sosial yang menjadi identitas Kota Semarang.
Bagi kamu yang ingin membeli dan mempelajari kain batik khas Semarang, bisa datang ke Kampung Batik yang berlokasi dekat Kota Lama dan Pasar Johar. Di sana, kamu akan menemukan beragam produk batik, hingga mengikuti kelas membatik yang dibimbingan langsung oleh para pengrajin.